Selasa, 08 April 2008

“Lets think different !”

Di Luar Tempurung

Pemira datang lagi. Semua seakan masuk dalam euforia ini. Suhu politik kampus mulai memanas, skenario-skenario telah disiapkan, para calon menyiapkan diri dan berupaya mencari dukungan, panitia khusus Pemira pun sibuk mempersiapkannya, pokoknya hampir semua elemen kampus terlibat.

Pemira datang lagi. Pemimpin-pemimpin baru akan hadir, wakil-wakil baru di DPM akan bersuara lagi, pakikan “Hidup Mahasiswa” akan kembali kita dengar, jargon-jargon seperti Agent of Change, “Untuk Perubahan” akan kembali berkumandang, famplet-famplet dan poster-poster akan kampaye akan menghiasi kampus dankampus akan kembali ramai.

Pemira dtang lagi. Para pemimpin-pemimpin yang sebentar lengser tengah bingung mempersiapkan LPJ-nya, wakil-wakil di DPM juga menghabiskan banyak waktu di depan komputer mengetik apa yang telah dilakukan setahun ini, para opisisi merangkai skenario untuk tolak semua kerja keras setahun ini. Semua orang sibuk.

Pemira datang lagi. Handphone kini tak hentinya berdering untuk kabarkan perubahan yang terjadi, jari-jari pun tak henti menari di atas keypad handphone untuk sampaikan pesan-pesan terbaru, sehingga banyak waktu dihabiskan untuk mendengarkan si kecil yang bernama handphone bicara. Selain itu banyak waktu yang dihsbiskan membaca SMS-SMS yang selalu datang. Pulsa pum seakan tak berarti.

Mungkin seperti ini keadaan kampus minggu-minggu ini dan beberapa minggu mendatang. Ini benar-benar sebuah euforia yang sedang melanda kampus. Semua ini seakan-akan membuat mahasiswa dalam katak dalam tempurung. Mereka sibuk dengan kegiatan mereka sendiri tanap menyadari apa yang terjadi di luar sana. Mungkin benar apa yang katakan salah dosen yang mengatakan bahwa orang tua adalah aset terbesar kita saat ini dan kita adalah orang kaya saat ini. Aset adalah segala sesuatu yang kita miliki dan menghasilkan uang ke kantong kita. Orang kaya adalah orang yang tanpa bekerja uang mengalir ke kantongnya. Kita tak mennerima dampak langsung bahkan terkadang tidak menyadarinya karena kita Orang Kaya.

Ketika semua kesibukan ini menerpa kita, ada yang yang lebih besar yang menerpa kehidupan ini namun sayangnya kita tak menyadarinya karena kita orang kaya. Ketika koran sibuk memberitakan kenaikan sembako kita sedang sibuk membaca SMS; ketika TV sedang menayangkan berita kita, tengah asyik berdiskusi tentang Pemira;ketika Elshinta atau Trijaya Network sedang meliputi langsung anrian minyak tanah akibat Program Konversi Minyak Tanah ke Gas, kita sedang menerima telepon dari tim sukses kita. Semua ini menyibukan kita.

SIBUUUUUUUUUUUUUUUK.........................

Memang euforia ini selalu ada tapi janganlah membuat kita buta dengan keadaan. Kita hendaknya tetap buka mata, buka telinga, buka pikiran dan buka hati. Kita tetap harus membuka diri walaupun ditengah kesibukan ini. Tanpa kita sadari jika kita membuka semua, semua itu akan menjadi pecut dalam diri untuk berubah. Coba sesekali tanya ibu di rumah tentang harga minyak goreng sekarang. Lalu coba bandingkan dengan penghasilan keluarga. Sedikit terenyuh mungkin itu yang kita rasakan Kita saat ini belum begitu merasakan dampak kenaikan minyak goreng karena kita belum dipanggil Bapak atau Ibu. Kita mungkin mengerti tapi hanya sedikit.Dan seharusnya sedikitnya kemengertian kita itu, kita jadikan alat untuk meluruskan niat dan jalan kita. Jadikan sedikitnya kemegertian kita itu sebagai cemeti untuk berusaha menjadi calon-calon pemimpin yang mengerti keadaan walau baru berawal dari kampus. Semoga akan lahir pemimpin-pemimpin masa depan yang mengerti keadaan. Jangan sibuk sendiri. Buka Mata-Buka Telinga-Buka Pikiran-Buka Hati.

Sebenarnya saya sudah ingin mengakhiri tulisan yang tak seberapa, namun saya masih ingiin membuka pikiran teman-teman dan membagikan sedikit kejengkelan saya terhadap pemerintah sebelum semua terlambat.

Program konversi minyak tanah ke gas tengah berlangsung tetapi tanpa kita sadari bersaman dengan itu berlangsung program penambahan rakyat miskin Indonesia. Bagaimana tidak?Sebagai contoh jika seorang buruh berpenghasilan Rp. 15.000,- maka uang itu akan habis hanya untuk membeli gas.Kenapa ? jika harga gas ukuran tiga kilogram Rp.12.000,- sampai 13.000,- maka penghasilannya hari itu hanya habis untuk membeli gas. Lalu ia dan keluarganya harus makan apa dengan sisa uang yang hanya Rp.3000,- ?Kalau menggunakan minyak tanah yang harganya Rp.2.500,- per liter, mereka masih bisa makan meskipun hanya dengan nasi dengan sisa uang Rp12.500.Berpikirlah ! Dengan demikian pemerintah telah mengkhianati salah satu amanah UUD 1945 yakni memajukan kesejahteraan umum.

Kita yang ada di Lampung belum merasakannya tapi kita pasti merasakannya karena salah satu sifat negara adalah monopoli. Jangan merasa keadaan nyaman ini selamanya tetapi bersiaplah kita juga akan mengantri minyak tanah.

“Lets think different !”

Tidak ada komentar: